Menu

Wednesday, November 20, 2013

[Story] "RAHASIA" Bagian 3

Previous : "RAHASIA" Bagian 2

BAGIAN 3

Pagi
20 November 2013

Jefry berdandan di kamarnya dan siap berangkat menuju rumah sakit. Andre dan Bianca sudah berangkat duluan karena mereka diajak dr.Herman untuk berkeliling melihat pasien.
Sebelumnya, Jefry mampir ke sebuah supermarket kecil untuk membeli roti. Makhlum, pagi itu dia terburu-buru dan belum sarapan. Ketika akan membayar, dia melihat tumpukan coklat. Jefry tersenyum.
“Mbak, tambah coklatnya tiga ya.” Kata Jefry sambil tersenyum.
Kemudian Jefry berjalan kearah rumah sakit.


Tempat yang dia tuju pertama adalah ruangan Yonna. Ketika dia membuka pintunya, dia tidak mendapati Yonna di kamarnya. Dia kaget.
Kemudian dia keluar ruangan dan berlari mencari Yonna. Diperjalanan dia bertemu dengan suster-suster dan menanyakan keberadaan Yonna, tapi tak ada satupun yang tahu.
Jefry terus berlari menelusuri lorong rumah sakit. 
Dan dia berhenti.
Sepertinya dia melewatkan sesuatu.
Dia kembali kearah yang dia ambil tadi, kali ini dengan berjalan.
Dia menghampiri sebuah ruangan yang tak jauh dari tempatnya berhenti berlari. Dia memasuki ruangan itu.
Dia melihat Yonna disana bersama dengan Bianca. Jefry menghela nafas lega. Dia merasa tenang sekarang.
“Selesai.” Teriak Bianca.
Yonna diam saja.
“Eh Jefry, gue habis bantu Yonna mandi. Nggak tahu kenapa, waktu gue tadi kunjungan pasien, dan gue datengin dia, gue ajak ngobrol dia nggak berontak. Gue ajak dia mandi, eh dia mau Jef.” Ujar Bianca bahagia.
Jefry melihat kearah Yonna yang masih diam seribu bahasa.
Yonna sekarang tampak bersih, rambutnya rapi diikat tengah, dan sudah berganti baju. Beda sekali dengan kesan pertama kali bertemu. Yonna terlihat cantik. Sangat cantik bagi orang yang sakit jiwa.

“Yonna, jalan-jalan yuk.” Ajak Bianca sambil memegang tangan Yonna.
Yonna hanya menoleh kecil pada Bianca. Bianca membawanya keluar dari ruangan.
Yonna sangat kesulitan berjalan akibat pasung yang dia pakai selama ini. Dia terlihat takut keluar dari dunia yang sudah lama tidak dilihatnya. Tapi Bianca tetap memegangnya dengan lembut.
Jefry mengikuti mereka dari belakang. Jefry tersenyum melihatnya.
Sampailah mereka disebuah bangku panjang di taman rumah sakit.
“Duduk sini, Yonna.” Ajak Bianca.
Yonnapun menurut pada Bianca. Mereka duduk di bangku.
“Bentar ya, Yonna. Aku ke toilet dulu. Jangan kemana-mana ya!” Kata Bianca sambil meninggalkan Yonna.
Bianca memberi kode pada Jefry untuk menjaga Yonna sebentar. Jefry mengangguk.

Jefry mendekati Yonna dan duduk disebelahnya.
Yonna kaget dan merasa ketakutan.
Jefry tersenyum
“Mbak Yonna nggak perlu takut.”
Yonna mulai menunjukkan wajah ingin menangis. Jefry kebingungan.
Jefry ingat akan sesuatu, dia membuka plastik yang sedari tadi dia bawa, dan mengambil sesuatu dari dalamnya.
Jefry mengambil sebuah coklat dan memberikan pada Yonna. Yonna diam saja. Akhirnya Jefry meletakkan coklat itu di dekat Yonna.
Yonna menoleh kepada coklat yang diberikan pada Jefry.
“Coklatnya buat mbak, biar mbak Yonna nggak nangis.” Kata Jefry sambil tersenyum.
Mata Yonna sekarang beralih memandang Jefry. Matanya mulai berair.
Jefry melihatnya.
Jefry memutuskan untuk meninggalkan Yonna disana.

Yonna dibangku itu, ditemani oleh sebuah coklat yang masih di amatinya.
Didalam genangan air matanya, sebuah bayangan hadir di matanya.
Nampak seorang laki-laki memberikan sebuah coklat padanya, dan kemudian laki-laki itu tersenyum padanya. Senyumnya sungguh manis dan menenangkan.
Yonna tak kuat. Dia memejamkan matanya dan membuat air matanya menetes.
Sayup-sayup suara menggema dalam pikirannya

Ibuku pernah bilang, ketika seseorang menangis, dia harus makan sebuah coklat. Itu akan menenangkan hatinya dan membuatnya tak jadi menangis.

Yonna semakin terisak. Tapi tak bisa dia mengeluarkan suara.
Dia menggigit mulutnya karena yang dia rasakan sangat menyesakkan.

Aku ingin kamu makan ini, biar kamu nggak nangis lagi.

Kata-kata itu semakin membuatnya sesak. Air matanya terus mengalir.
Dirasa hatinya sudah mulai bisa terkontrol, Yonna mencoba membuka matanya.
Dia melihat coklat itu. Tangannya pelan-pelan memegang coklat itu. Mengambilnya dan membuka bungkus coklat itu pelan-pelan.
Dia menggigit sedikit coklat itu. Dikunyahnya dan dirasakannya.
Dia masih menangis.
“Bohong.” Yonna berbisik sendiri. Suaranya sangat serak sekali.
Dia terus saja menangis.

Jefry melihatnya dari jauh dengan perasaan iba.

---

Sore
1 Desember 2013

"Om, kita mau laporan tentang hasil magang kita satu bulan ini." Kata Jefry sambil menyerahkan beberapa lembaran pada dr.Herman.
dr.Herman mulai mengecek satu persatu lembaran tersebut.
"Cukup baik. Apa kau sudah merasa nyaman sekarang?" Tanya dr.Herman sambil tetap fokus melihat lembaran-lembaran milik Jefry.
"Nggak tahu kenapa om, rasa penasaran aku jadi lebih tinggi. Sepertinya papa ada benernya juga, om" Jawab Jefry dengan tersenyum.
"Kamu nggak kangen papa kamu?" Tanya dr.Herman.
Jefry terdiam. Dia menunduk.
dr.Herman menghentikan aktifitasnya dan melihat kearah Jefry.
"Kangen banget om." Kata Jefry lirih.
"Sudah telepon?" Tanya dr.Herman.
"Belom." Jawab Jefry singkat.

dr.Herman menarik nafas panjang-panjang dan mengeluarkannya pelan-pelan. dr.Herman menaruh lembaran itu di meja.
dr.Herman mulai mengatur posisi duduknya disofa meja tamu rumahnya dengan nyaman.
"Papa kamu sangat amat mencintai pekerjaannya sebagai dokter jiwa." Ujar dr.Herman.
Jefry yang tadinya tertunduk kini mengangkat wajahnya menghadap pada dr.Herman.
"Papa kamu tidak hanya ingin mengejar pangkat, baginya pangkat sebagai kepala adalah sebuah bonus. Yang terpenting dalam hidupnya, dia bisa melayani banyak orang yang membutuhkan jasanya." Sambung dr.Herman.
"Ketika ada sebuah kasus yang datang ke rumah sakit kami, ayahmu memperjuangkan kasus itu, tetapi karena ada seseorang rekan dokter yang iri pada papamu, dia ingin menjatuhkan papamu dengan menggunakan kasus tersebut." Jelas dr.Herman.
"Saat surat keputusan untuk pemberentian tugas sampai ke tangannya, dia mendatangi rumah om dan menangis disini. Dia sangat mengkhawatirkan orang yang ada dalam kasus tersebut." Sambung dr.Herman.
Jefry tertarik untuk menanggapi cerita dr.Herman.
"Papa nggak pernah cerita kalau dia keluar karena ada sebuah kasus." Ungkap Jefry.
"Kasus apa om?" Tanya Jefry.
"Kasus tentang Yonna." Jawab dr.Herman.
"Apa? Yonna?" Jefry kaget mendengarkan pernyataan dr.Herman.
"Ada apa sama Yonna, om?" tanya Jefry sekali lagi.
dr.Herman menghela nafas.
"Berdasarkan laporanmu, dia belum pernah berkomunikasi dengan kamu dan teman-temanmu. Om berharap, sisa waktu satu bulan kamu magang, gunakan untuk mengungkap kebenaran tentang Yonna." Jawab dr.Herman.
Tiba-tiba pintu rumah dr.Herman ada yang mengetuk.
"Oh, itu teman om yang mau jemput om, om pergi duluan ya." Kata dr.Herman sambil meninggalkan Jefry sendirian.
Jefry berfikir sambil terdiam.
Didalam otaknya banyak sekali pertanyaan yang ingin dia ajukan.

---

Pagi
2 Desember 2013
Hujan

Jefry, Andre dan Bianca berjalan menelusuri lorong rumah sakit.
Pasien pada waktu itu banyak yang tidak keluar ruangan mereka karena hujan diluar sana.
"Tapi bener kata dr.Herman, kita musti melakukan sesuatu, Jef." Kata Andre.
"Tapi gimana? Sedangkan Yonna nggak pernah ngomong sama kita. Kita tinggal menghitung hari aja disini." Sambung Bianca dengan wajah sedih.
"Bener Jef, jangan sampai laporan kita jelek deh. Bisa mampus kita dihadapan bokap lo." Ujar Andre.
Jefry terdiam.
"Emm, hari ini kita ngapain?" tanya Bianca pada teman-temannya.
"Rencananya, lo ajak Yonna kemana kek. Gue sama Jefry mau bersih-bersih ruangannya Yonna." Kata Andre menjelaskan.
"Kemana, Ndre? Lagi hujan nih." Jawab Bianca.
"Ah lo kayak kurang ide aja, ajakin mandi kek atau ngapain kek." Gerutu Andre.
"Emm, ok deh." Jawab Bianca.
"Yaudah, gue duluan ya." Sambung Bianca sambil melambaikan tangan dan pergi meninggalkan mereka berdua.
"Ayo Jef." Ajak Andre sambil menggandeng lengan Jefry ayng tampak lemas.

---

"Hallo Yonna." Sapa Bianca sambil memasuki ruangan Yonna yang sekarang dipasang lampu penerangan.
Yonna duduk terdiam di kasur lipat yang 2 minggu lalu dibelikan oleh Jefry.
"Ikut aku yuk." Ajak Bianca.
Yonna yang sudah mulai terbiasa melihat Bianca yang baik padanya hanya bisa menganggukan kepalanya.
Mereka pergi meninggalkan ruangan tersebut.

10 menit kemudian.
Jefry dan Andre tiba diruangan Yonna yang sudah kosong. Mereka sudah siap dengan peralatan kebersihan yang mereka bawa.
"Masih bau juga ni ruangan. Nggak pinter tukang bersih-bersih disini." Gerutu Andre.
"Banyak omong lo." Jawab Jefry dengan singkat.
"Gue bersihin sini, lo bersihin bagian sana." Sambung Jefry sambil membagi tugas dengan Andre.
'Siap Komandan!" jawab Andre sambil memberi hormat kepada Jefry.
Mereka mulai bersih-bersih.

Andre yang sambil bersiul itu, mulai menyapu dibagian dekat kasur lipat milik Yonna.
Kemudian dia membuka kasur lipat itu, untuk membersihkan bagian dalamnya.
Tiba-tiba dia menemukan sebuah lembarang kusam dibawah kasur itu.
Diambilnya lembaran itu.
"Jef, Jef." Panggil Andre.
"Hmm"
"Sini deh."
Jefry datang menghampiri temannya.
Jefry melihat sesuatu yang dipegang temannya itu.
Sebuah foto.
Yonna dan seorang laki-laki. Mereka tampak berpose bahagia.
Di bawah foto tersebut bertuliskan 10 Desember 2005
"Siapa ya, Jef?" tanya Jefry.
Jefry mengangkat bahunya tanda tak tahu.
"Jangan-jangan ini yang dimaksud sama suster yang diresepsionis itu." Kata Andre.
"Maksudnya?" Tanya Jefry.
"Iya, gue pernah tanya sama suster itu kenapa Yonna bisa masuk kesini. Alasannya karena putus cinta ditinggal mati sama pacarnya. Mungkin ini sob pacarnya." Jelas Andre.
Jefry pun mengangguk-angguk tanda mengerti.
"Yonna cantik ya?" Ucap Andre.
Jefry terdiam.
Dia baru sadar bahwa dulunya Yonna sangat cantik sekali.
Wajahnya seperti ada peranakan barat.
Matanya bersinar, kulitnya bersih dan putih.
Dia tampak berbeda dengan sekarang.
"Iya, cantik banget. Kerjanya ngapain ya dia dulu?" Ungkap Jefry.
"Mana gue tau, emang gue pakdenya?" Jawab Andre sambil membalikkan foto itu.
"Eh Jef, lihat ada tulisannya."
Jefry melihat kearah yang ditunjuk oleh Andre.
MAYA'S AGENCY
"Maya's Agency mana tuh?" Tanya Jefry.
"Bentar bentar, gue nggak asing sama ini tempat." Jawab Andre sambil berfikir.
Jefry menunggu jawaban dari Andre.
"Oh iya, gue tahu. Kakak sepupu gue dulu pernah jadi model disini waktu dia kuliah. Sekarang agency ini udah tutup, jef." Kata Andre dengan penuh semangat.
"Oh, jadi Yonna dan seseorang difoto ini dulunya model dong?" Tanya Jefry.
Andre menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Lo bawa Ipad?" Tanya Jefry.
"Bawa." Jawab Andre datar.
"Gue pinjem." Kata Jefry sambil menyerahkan sebuah sapu pada Andre dan meninggalkan ruangan itu.
"Trus lo pikir gue harus bersihin semua? Jef... Jef..."
Meskipun Andre sudah berusaha teriak-teriak, Jefry tak kembali.

---

Hujan reda
Taman Rumah sakit Jiwa

Jefry mulai membuka internet.
Ditulisnya MAYA'S AGENCY dalam sebuah pencarian di internet.
keluarlah sebuah website bertuliskan nama itu.
Dibukanya website itu.
Disana terdapat foto-foto model dari agency itu.
"Bener juga kata Andre, ini tempat model-model." Kata Jefry lirih.
Dalam web tersebut ada sebuah daftar nama-nama model yang bernaung dalam agency tersebut.
Sangat banyak sekali foto berserta nama pria dan wanita yang menjadi model disana.
"Duh, mata gue bisa sakit cari satu persatu nama disini." Ungkap Jefry.
Kemudian di bawahnya ada sebuah kotak pencarian. Jefry menuliskan nama Yonna Keila disana.
Dan keluarlah sebuah nama dengan foto Yonna disana.
Dibukanya link tersebut dan keluarlah data Yonna.
"Nama Yonna Keila, lahir di Kanada 10 Desember 1981, nama orang tua ayah (Alm.) John Michael, nama ibu (Alm.) Elyasari, saudara nggak ada, prestasi buset banyak amat." Kata Jefry sambil membaca biodata lengkap Yonna.
"Jadi dia yatim piatu?" tanya Jefry pada diri sendiri.
Kemudian Jefry menyimpulkan bahwa Yonna adalah seorang model berprestasi disana. Dia cukup terkenal karena banyak sekali penghargaan yang dia raih.
Kemudian tak sengaja jari Jefry menekan sebuah Link bertuliskan berita terkini.
"Yaelah, kenapa kepencet." Gerutu Jefry.
Jefry ingin menekan BACK untuk kembali ke data Yonna tadi, tapi dia berhenti setelah Link yang dia pilih, sudah keluar semua data-datanya.
Dia membaca sebuah berita yang membuatnya tercenang.
"Bos Maya's Agency tolak bicara soal kematian karyawannya yang dibunuh oleh salah satu modelnya?"
Jefry mulai memilih berita tersebut.
Ekspresinya berbeda dengan sebelumnya.

---

"Yonna, ternyata kulit kamu bagus ya. Putih banget. Kamu cantik deh." Ungkap Bianca sambil menyisir rambut Yonna.
Yonna terdiam, dia melihat dirinya sendiri yang terpantul di kaca besar dihadapannya itu.
"Terimakasih." Tiba-tiba Yonna mengeluarkan suara. Pelan sekali.
Bianca kaget, dia melihat kearah kaca dan mengetahui bahwa sekarang Yonna sedang tersenyum kecil.
Bianca sangat senang melihat tingkah Yonna.

Tiba-tiba pintu ruangan tempat dimana Yonna dan Bianca berada dibuka seseorang.
Seseorang itu menopang tubuhnya dengan tangan yang menyender di ambang pintu.
Orang itu tersengal sengal nafasnya, karena kelelahan akibat berlari.
Keringatnya pun bercucuran.
"Eh, Jefry. Gue udah selesai dandanin Yonna. Dia cantik kan? Tadi dia juga udah mulai ngomong sama gue." Kata Bianca sambil mengikat rambut Yonna.
Jefry terdiam.
Dia menata nafasnya.
"Yonna Keila." Ucap Jefry dengan suara berat.
Yonna tak menoleh. Dia masih sibuk berkaca.
Jefry kembali menata nafasnya.
"Dimas.. Anggara.."
Yonna yang tadinya tersenyum kecil kini memudar senyumnya.
Matanya terbelalak pelan-pelan.
Mulutnya menganga kecil.
Dia menoleh cepat kearah Jefry.
Dia melihat Jefry dengan wajah berbeda dari biasanya.
Yonna masih menatap Jefry dan kini wajah Yonna memerah.
Mulai ada air yang memenuhi matanya.
Jefry berjalan maju kearah Yonna duduk.
Dia berhenti berjalan.
"Siapa kau sebenarnya?" Tanya Jefry dengan senyum kecutnya yang kas.




No comments:

Post a Comment